BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu
prioritas kementerian kesehatan dan keberhasilan program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA). Bahkan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World
Health Organization (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bagian
dari Negara ASEAN yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi
dibanding dengan Negara lain.
Tingginya angka kematian ibu dapat menunjukkan masih
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) juga
merupakan indikator keberhasilan derajat kesehatan suatu wilayah. AKI di
Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap
tahunya mencapai 450/100.000 kelahiran hidup yang jauh diatas AKI di Filipina
yang mencapai 170/100.000 kelahiran hidup, Thailand 44/100.000 kelahiran hidup.
Untuk itu pemerintah berupaya membuat berbagai strategi dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SKDI) tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium
Development Goals/MDG’s 2000) untuk tahun 2015, diharapkan AKI menurun dari 228
pada tahun 2007 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menurun dari 34
pada tahun 2007 menjadi 23/1000 kelahiran hidup (Depkes, 20011).
Dalam upaya peningkatan peningkatan kesehatan ibu dan
anak, pemerintah memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama pihak tenaga
kesehatan sebagai pengelola pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Sangat
penting untuk petugas kesehatan memberikan pengetahuan mengenai perawatan
postnatal, kesehatan bayi dan balita serta pelayanan kesehatan bayi dan balita
pada masyarakat. Sehingga AKI dan AKB dapat diturunkan sesuai dengan target
yang diinginkan.
- Tujuan
Tujuan umum: untuk mengetahui komponen penting dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan anak
Tujuan khusus:
-
Untuk mengetahui perawatan postnatal
-
Untuk mengetahui kesehatan bayi dan balita
-
Untuk mengetahui pelayanan kesehatan bayi dan balita
BAB II
TEORI DAN
KONSEP
A.
Perawatan Postnatal
1.1 Pengertian
Perawatan postnatal (postpartum)
adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8
minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan postnatal dimulai sebenarnya
sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan
post partum dan infeksi. Bila ada
perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan
perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah
melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
1.2 Tujuan perawatan postnatal
Untuk mempercepat proses penyembuhan
atau pemulihan kembali alat-alat rahim keukuran semula dimana secara berangsur
otot rahim mengecil kembali sampai sebesar semula pada minggu ke 7 (40 hari)
(Manuaba :1999)
1.3 Manfaat Perawatan Postnatal
·
Mencegah
terjadinya pendarahan pada masa nifas
·
Mencegah
terjadinya infeksi pada luka bekas jahitan di perineum
·
Mempercepat
proses penyembuhan
·
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis
1.4 Klasifikasi Postnatal/ Postpartum
Dapat dibagi
menjadi tiga tahap yakni
:
a. Immidiate post partum
Masa setelah post partum sampai 24 jam
setelah melahirkan (24 jam). Pada
masa ini sering terjadi masalah perdarahan.
b. Early post partum
Masa setelah hari
pertama sampai dengan minggu pertama post partum (24 jam – 1
minggu). Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,
tidak ada pendarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Late post partum
Masa minggu pertama post partum sampai
dengan minggu keempat post Partum dimana
dilakukan perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari. (Bobak. 2004)
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas/ postnatal:
1. Perineum
Luka pada perineum akibat laserasi dan
episiotomi merupakan daerah yang sulit dijaga agar tetap bersih dan kering.
Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut
sembuh dengan cepat. Pencucian daerah perineum akan membantu perawat untuk
melakukan inspeksi secara seksama. Tujuan
Perawatan Luka Perineum:
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di
daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus
2. Untuk penyembuhan luka perinium
(jahitan perineum)
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Untuk mencegah infeksi seperti
diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya
kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi
pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus.
Waktu Perawatan Luka perineum:
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan
sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan
Cara Perawatan Luka Perineum
Perawatan
perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan cara menjaga
kebersihan perineum caranya sebagai berikut:
1. Persiapan :
§ Siapkan air hangat
§ Sabun dan washlap
§ Handuk kering dan bersih
§ Pembalut ganti yang secukupnya
§ Celana dalam yang bersih
2. Cara merawatnya :
§ Lepas semua pembalut dan cebok dari
arah depan ke belakang
§ Washlap dibasahi dan buat busa sabun
lalu gosokkan perlahan washlap yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh
lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan
dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan menjadi
tempat kuman berkembang biak.
§ Bilas dengan air hangat dan ulangi
sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat
dengan cermin kecil.
§ Setelah luka bersih boleh berendam
dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa
melakukan perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air hangat.
§ Kenakan pembalut baru yang bersih dan
nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana
dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
§ Segera mengganti pembalut jika terasa
darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan
kering.
§ Konsumsi makanan bergizi dan
berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa
diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang
makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali
bila ada riwayat alergi.
§ Luka tidak perlu dikompres obat
antiseptik cair tanpa seizin dokter atau bidan.
3. Lamanya jahitan mengering
Luka jahitan rata-rata akan kering dan baik dalam waktu
kurang dari satu minggu. Bila keluar darah kotor bau busuk dari jalan lahir,
ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan terasa sangat nyeri atau luka
jahitan bernanah.
Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:
a. Luka jahitan terasa sedikit nyeri
Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat
terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot , namun semakin sering di
gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan
takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah
pada luka menjadi tidak lancar.
b. Luka terlihat sedikit bengkak dan
merah
Pada proses penyembuhan luka tubuh
secara alami akan memproduksi zat – zat yang merupakan reaksi perlawanan
terhadap kuman. Sehingga dalam proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit
pembengkakan dan kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak
dan merah ini bersifat sementara. (Berman, dkk. 2003)
2. Mobilisasi
Umumnya
wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung
lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang
selama 8 jam post partum untuk memcegah perdarahan post partum. Pada hari kedua
telah dapat duduk, hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
Menurut
Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, Melancarkan
pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi uteri,
melancarkan fungsi alat grastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan
kelancaran perdaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat anaknya.
Mobilisasi
dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung
jari kaki dan memutar pergelangan kaki , mengangkat tumit, menegakkan otot
betis serta menekuk dan menggeser kaki.
Pada
6 -10 jam, Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan,
mengangkat kaki, menekuk lutut, menggeser badan. Setelah 24 jam, Ibu dianjurkan
untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi
mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan pernafasan serta makan
dan minum tanpa dibantu. Setelah ibu dapat duduk,dianjurkan ibu belajar
berjalan.
3. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu
tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup protein, banyak cairan, serta
banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami hemokonsentrasi.
·
Kebutuhan
gizi pada masa postnatal dan dan menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi
ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3 kali dari biasanya.
·
Penambahan
kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kal. Makanan harus dengan diit yang
seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak vitamin dan
mineral.
·
Minum
sedikitnya 3 liter sehari
·
Mengkonsumsi
vitamin mengandung zat besi selama 40 hari postpartum
·
Konsumsi
seafood, hati dan daging baik untuk kekebalan tubuh, peenyembuhan luka dan
pertumbuhan karena mengandung zinc (seng)
Hemokonsentrasi:
Pada masa hamil
didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan
plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
pada ibu relative akan bertambah, keadaan ini menimbulkan beban pada jantung,
sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis,
keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Hal ini
terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari post partum.
4. Laktasi
Delapan
jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang
timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya:
menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat,
psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae. Atau kelainan pada bayinya
sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak
dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman harus diberikan
melalui sonde.
Setelah
proses kelahiran, sekresi estrogen dan progesteron dari plasenta akan
menghilang sehingga pengaruh prolaktin lebih besar dan payudara mulai
memproduksi air susu secara progresif. Pada hari pertama sampai ketiga post
partum, payudara akan mengeluarkan cairan kuning jernih yang mengandung banyak
protein dan antibodi serta mengandung zat laksatif yang dinamakan kolostrum.
Jumlah dan volume kolostrum 150-300 ml/24 jam. (Nurliawati, Enok. 2010)
Perawatan
payudara Postnatal
Breast
Care (Perawatan Payudara) adalah pemeliharaan buah dada / payudara sehingga
produksi ASI lancar dan menghindari kesulitan dalam menyusui. (Soenarso. 1997)
Tujuan
Perawatan payudara post natal adalah :
§ Memelihara kebersihan payudara
§ Melenturkan dan menguatkan puting susu
§ Mengeluarkan puting susu yang masuk ke
dalam / datar
§ Memperlancar produksi ASI
§ Agar waktu menyusui, ASI dapat keluar
dengan lancar dan menghindari kesulitan dalam menyusui.
Prinsip
Perawatan Payudara
§ Dikerjakan secara sistematis
§ Menjaga kebersihan sehari-hari
§ Memakai BH yang menopang payudara
Alat yang harus disiapkan
§ Baby Oil / Minyak kelapa dalam
tempatnya
§ Kapas
§ Dua Handuk besar yang bersih dan
kering, dua buah waslap
§ Bengkok
§ Gelas
§ Air hangat dan air dingin dalam baskom
Cara Perawatan Payudara Postnatal
§ Mencuci tangan
§ Basahi kapas dengan minyak / baby oil,
dan kompres puting susu dengan kapas minyak tersebut selama 3-5 menit
§ Setelah 3-5 menit, bersihkan puting
susu dengan gerakan memutar, bersihkan sampai bersih
§ Ketuk-ketuk payudara dengan jari-jari
tangan dengan gerakan memutar.
§ Gerakan I : Licinkan kedua telapak
tangan dengan minyak, kedua tangan diletakkan diantara kedua payudara kearah
atas, samping, bawah dan lepaskan ke arah depan (lakukan gerakan 30 kali)
§ Gerakan II : Licinkan kedua telapak
tangan dengan minyak, telapak tangan kiri menopang payudara kiri, dan jari-jari
tangan saling dirapatkan, Sisi kelingking kanan mengurut payudara kiri dari
pangkal payudara ke arah puting, demikian pula pada payudara sebelah kanan
(lakukan 30 kali).
§ Gerakan III: Licinkan kedua telapak
tangan dengan minyak, telapak tangan kiri menopang payudara kiri, jari jari
tangan dikepalkan, tulang-tulang kepalan tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal ke arah puting (lakukan 30 kali)
§ Selanjutnya rangsang payudara dengan
air hangat dingin bergantian, siram/kompres payudara dengan air hangat dulu
baru air dingin, siram bergantian sampai 5 menit
§ Keringkan payudara dengan handuk
§ Gunakan BH yang menopang payudara
bukan menekan payudara
§ Rapikan alat.
§ Cuci tangan
Cara mengeluarkan ASI
Pijat
atau urut payudara dari pangkal ke arah puting susu untuk mengeluarkan ASI,
bukan hanya memencet puting susunya saja karena dapat menyebabkan iritasi dan
ASI tidak dapat keluar dengan lancar.
Jika
puting susu masuk ke dalam, cara perawatannya:
ü Letakkan kedua jari di atas dan
dibawah puting
ü Regangkan daerah areola dengan
menggerakkan kedua jari keatas dan kebawah sebanyak 20 kali
ü Letakkan kedua jari di samping kiri
dan kanan puting
ü Regangkan daerah areola dengan
menggerakkan kedua jari kearah kiri dan kanan sebanyak 20 kali
ü Lakukan secara teratur sehingga puting
susu menonjol
Hal-hal yang harus diperhatikan
§ Ibu harus percaya diri akan kemampuan
menyusui bayinya
§ Hindari pemakaian sabun pada payudara
§ Usahakan menyusui dengan kedua
payudara secara bergantian kanan dan kiri
§ Hindari gerakan yang kasar yang dapat
mememarkan payudara
§ Hindari stress
§ Gizi ibu harus diperhatikan untuk
meningkatkan produksi ASI
5. Buang Air Kecil
Buang
air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit
kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena
adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini
dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis,
cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotik disarankan.
6. Buang Air Besar
Buang
air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada konstipasi atau
sulit BAB, dapat kita lakukan pemberian obat
pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila
masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam.
7. Demam
Sesudah
bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi
38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu
lebih dari 38 C/ mungkin telah ada infeksi.
8. Rasa mules mules di perut
Hal
ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal
ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul
bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum
uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau sedativa
supaya ia dapat beristirahat tidur.
Pemeriksaan Pasca Persalinan
Pada
wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6 minggu
sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus
kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan
pasca persalinan meliputi :
a.
Pemeriksaan
keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll
b.
Keadaan
payudara dan puting susu.
c.
Dinding
perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d.
Sekret
yang keluar (lochia, flour albus).
e.
Keadaan
alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan
sesudah 40 hari ini bukan merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila
ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini
dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin
menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan
sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau
susah diobati. (Hanafiah, TM. 2004)
Nasihat untuk
ibu post natal:
a.
Fisioterapi
pastnatal adalah baik diberikan
b.
Susukanlah
bayi anda
c.
Kerjakan
senam hamil
d.
Ber-KB
untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarganya.
e.
Bawalah
bayi untuk imunisasi.
Tujuan
dari Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas minimal dilakukan
4 kali selama masa nifas :
1. Kunjungan I (6-8 jam post
partum)
a. Mencegah perdarahan
masa nifas oleh karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan
perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan
berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Mengajarkan cara
mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi
tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
g. Setelah bidan melakukan
pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik
2. Kunjungan Ke-2 (6 hari post
partum)
a. Memastikan involusi
uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus
uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda –
tanda demam, infeksi dan perdarahan
c. Memastikan ibu mendapat
makanan yang bergizi dan cukup cairan
d. Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui
e. Memastikan ibu
mendapat istirahat yang cukup
f. Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir
3. Kunjungan ke-3 (2 minggu post
partum)
a. Asuhan pada 2 minggu
post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum
4. Kunjungan ke-4 (6 minggu post
partum)
a. Menanyakan penyulit yang
dialami ibu selama masa nifas
b. Memberikan konseling KB secara
dini
B. Kesehatan Bayi dan Balita
1.
Bayi
Setelah
seorang bayi dilahirkan ke dunia, baik bidan maupun perawat yang menanganinya
perlu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada kelainan atau cacat
bawaan. Berikut merupakan tanda-tanda bayi lahir normal.
a.
Bayi lahir segera
menangis
b.
Berat badan antara 2500 -
4000 gram
c.
Lingkar kepala 31- 35 cm,
kepala simetris
d.
Refleks menghisap
positif
e.
Lingkaran perut lebih
besar dari lingkaran dada, perut lembek dan bundar
f.
Alat kelamin tidak ada kelainan
g.
Mekonium/feses yang dihasilkan bayi selama
dalam rahim (+)
h.
Anggota gerak tidak ada kelainan dan lengkap
i.
Kulit tertutup verniks
kaseosa (lapisan lemak), mungkin mengelupas
j.
Dahi dan punggung tertutup oleh bulu-bulu
halus
Setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir, jika
tidak ditemukan adanya kelainan, maka bayi ditetapkan
(diagnose) lahir dengan keadaan normal.
Setelah itu dapat dilakukan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan
urutan sebagai berikut:
a.
Membersihkan rongga
hidung dan mulut dengan kapas steni atau penghisap
lendir dan karet (De lee)
b.
Mengeringkan bayi dan air ketuban
c.
Meletakkan bayi diatas perut ibu
d.
Memotong tali pusat
e.
Mengelus telapak kaki,
dada, perut dan punggung, bila bayi tidak menangis
f.
Menilai APGAR skor pada
satu menit pertama untuk menentukan ada tidaknya asfiksia
APGAR
Skor
Pengkajian
|
Nilai
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Denyut jantung
|
Tidak ada
|
Lambat, < 100
|
> 100
|
Usaha pernafasan
|
Tidak ada
|
Lambat, tidak teratur
|
Mengangis bagus
|
Keadaan otot
|
Lembut
|
Sebagian ekstremitas lemah
|
Bergerak aktif
|
Refleks
|
Tidak ada
|
Meringis
|
Menangis dengan keras
|
Warna
|
Biru, pucat
|
Tubuh merah muda, kaki dan tangan biru
|
Seluruh tubuh merah muda
|
g.
Membersihkan bayi dan
lapisan lemak yang berlebihan
h.
Memberi salep mata tetrasiklin atau larutan
nitro argenti 1% pada kedua mata bayi
Perawatan
rutin
Ajarkan orang tua cara
merawat bayi mereka dan perawatan harian untuk bayi bayi baru lahir.
a.
Beri ASI sesuai dengan
kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam)
b.
Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu
c.
Jaga bayi dalam keadaan
bersih, hangat dan kering, dengan mengganti popok dan selimut sesuai
dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin (dapat
menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa pengaturan
suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang dimasukkan ke dalam
mulut bayi harus selalu bersih
d.
Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan
kering
e.
Peluk
dan timang bayi dengan penuh kasih sayang sesering mungkin
f.
Awasi masalah dan
kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
g.
Jaga keamanan bayi
terhadap trauma dan penyakit/infeksi
h.
Ukur suhu tubuh bayi,
jika bayi tampak sakit atau menyusu kurang
Cara memandikan bayi
Tujuannya adalah untuk membersihkan bayi dan menguatkan
peredaran darah.

-
Menyiapkan ember yang berisi air hangat dan
bersih
-
Tempat meletakkan bayi (meja atau tempat
tidur)
-
Handuk
-
Pakaian bayi :
baju, popok dan kain bedung Sabun bayi
-
Lap mini
-
Kapas lidi
-
Ember (tempat kain kotor)
-
Air steril (aquadest)
-
Dan lain lain

- Mencuci tangan dengan sabun
- Membentangkan handuk di atas meja
- Melepaskan pakaian bayi dan pakaian bayi tersebut dimasukkan ke
tempat kain kotor
- Memeriksa hidung, telinga, mata, apakah ada kotoran dan tanda-tanda
infeksi
- Membersihkan liang telinga
dengan kapas lidi basah dengan air steril
- Mencuci muka bayi dengan lap
mini yang dibasahi dengan air hangat
- Membersihkan kepala, leher, dada, tangan, punggung, tungkai,
dubur dan kemaluan dengan sabun
- Membersihkan lemak pada ketiak dan lipatan papa dengan
lembut
- Bayi dimandikan di dalam ember
berisi air hangat
- Bayi diangkat dan kepala bayi berada di atas pergelangan
tangan bagian dalam dan empat jari tangan
kiri ditempatkan di ketiak kiri dan jempol pada bahu kiri bayi
- Tangan kanan diletakkan di bawah pantat bayi
- Tangan kanan digunakan untuk
membersihkan seluruh tubuh bayi dengan sabun. Tubuh yang dibersihkan
mulai dari ketiak sampai kaki
- Mata dan telinga dijaga agar tidak masuk air
- Posisi bayi ditengkurapkan
- Punggung bayi dibersihkan
- Setelah semua badan bayi
bersih, bayi diangkat dari ember
- Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk
- Memakaikan popok bayi
- Menjemur bayi di terik matahari pagi 10 – 15 menit
- Menstabilkan suhu tubuh bayi,
kemudian baru memasang baju dan bedung
bayi
Perawatan Tali Pusat
- Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan
terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara longgar
- Lipatlah popok di bawah tali pusat
- Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja,
cuci dengan sabun dan air bersih, dan keringkan
Tanda bahaya
- Pernapasan
sulit atau > 60 kali per menit, lihatlah retraksi pada waktu bernapas
- Suhu teria!u panas > 38°C
atau terlalu dingin < 36°C
- Warna
abnormal, kulit/bibir biru (sianosis), atau pucat, memar atau bayi sangat
kuning (terutama 24 jam pertama)
- Pemberian
ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
- Tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
- Gangguan gastrointestinal misalnya tidak
mengeluarkan mekonium selama 3 hari pertama berturut-turut setelah
lahir, muntah terus menerus, tinja berdarah
atau bertendir
- Tidak berkemih dalam 24 jam
- Menggigil, atau tangis tidak
biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus
menerus
- Kaki
dan tangan teraba dingin
- Gerakan
kedua lengan dan kaki lemah
- Mata
bengkak dan mengeluarkan cairan
2.
Balita
Pada balita, hal yang perlu di perhatikan adalah
pertumbuhan dan perkembangan. Dimana pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan tulang.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan.
David Morloy merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan
anak yang disebut "road
to health card" pada tahun 1975 di des Imesi, Nigeria. Kartu tersebut disebut dengan KMS (Kartu Menuju
Sehat) yang merupakan alat penting
untuk memantau tumbuh kembang anak.
Menurut Mortey, pada KMS terdapat 4 patokan sederhana
perkembangan psikomotorik, sehingga ibu dapat
mengetahui tingkat perkembangan anaknya.
§ Kemampuan duduk (5-9 ½ bulan)
§ Berjalan ± 10 langkah tanpa bantuan (9-18 ¼ bulan)
§ Mengucapkan sepatah kata (10-12 bulan)
§
Kemampuan berbahasa
beberapa kata (18 ½ bulan-3 tahun)

Tujuan
pemantauan fisik anak adalah:
a.
Agar pertumbuhan mudah
diamati
b.
Menciptakan
kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap kebutuhan anak
c.
Meningkatkan pertumbuhan
yang layak untuk pertumbuhan anak
d.
Melukiskan
setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak
e.
Menemukan seawal mungkin
gejala-gejala gangguan pertumbuhan
f.
Merupakan sarana untuk
memberikan penyuluhan kepada ibu:
ü Gizi/makanan
bayi dan anak
ü Tumbuh
kembang anak
ü Kesehatan anak
ü Imunisasi
ü Keluarga Berencana
ü Pencegahan : deflsiensi vitamin A, dehidrasi akibat diare,
sanitasi lingkungan, dll
Pemantauan tumbuh kembang anak diperiksa diperiksa
berdasarkan umur. Yang diperhatikan adalah
aktifitas motor anak, bahasa dan adaptasi lingkungannya. Tumbuh
kembang anak normal sebagai berikut:

ü Refleks
moro dapat menghisap, menggenggam positif
ü Bila ditelungkupkan bayi berusaha mengangkat kepala dan
kaki bergerak seperti mau merangkak
ü Dalam posisi duduk, punggung bungkuk, kepala tegak
sesaat Bayi kebanyakan tidur
ü Bayi diam bila ada suara terkejut bila mendengar bunyi
suara vokal (bila menangis)
ü Mata bayi mengikuti objek yang tergantung dibenang yang
digoyangkan ke kiri dan ke kanan

ü Menendang-nendang dan gerak tangan yang energik
ü Kepala bergoyang bila dalam posisi duduk
ü Bila telungkup, kepala tegak, membentuk sudut 450
ü Tangan dihisap sendiri dan selalu terbuka
ü Mengeluarkan satu suara vokal seperti a-e-u
ü Kepala dan mata mengarah ke suara
ü Mengikuti objek yang bergoyang
ü Gerak ekspresi berjaga-jaga
ü Senyum bila diajak bicara lembut

ü Telungkup, kepala tegak 900
ü Refleks moro dan menggenggam mulai tidak nampak
ü Berguling (3 – 4 bulan)
ü Ketawa kecil, memekik
ü Respon terhadap musik
ü Bersuara a-a, la-la, oo-oo
ü Berusaha menggapai objek tapi tidak tepat
ü Memegang benda dengan erat bila diletakkan di atas
tangannya dan menarik baju
ü Mengikuti objek ke samping (1800)
ü Memperhatikan orang dan mainan
ü Senyum spontan

ü Dapat duduk dengan bantuan dan berpaling ke arah bunyian
ü Mengangkat kepala sewaktu tengkurap, untuk berupaya duduk
ü Kaki menendang-nendang bila didirikan
ü Tertawa keras (4-5 bulan)
ü Mengucapkan : seperti m-p-b
ü Mengulang suara yang didengar
ü Memegang giring-giring
ü Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain
ü Menarik baju ke muka sendiri
ü Senyum spontan ke orang yang dilihat

ü
Berguling dari satu sisi ke sisi lain
ü
Beringsut dari belakang ke depan
ü
Tegak bila diangkat dan berpegang bila duduk
ü
Berdiri bila di bantu
ü
Mengenal suara yang sering di dengar
ü
Berhenti menangis bila
mendengar nyanyian
ü
Memegang benda yang
disenangi dan menggapai mainan dengan dua tangan
ü
Senyum pada bayangan kaca
ü
Memalingkan kepala ke arah suara
ü
Senang bermain dengan orang lain

ü Tengkurap : Mengangkat kepala spontan
ü
Duduk dengan bantuan
ü Beringsut
mundur (6-7 bulan)
ü Memegang kaki dan bermain dengan jari kaki
ü Memegang benda kecil (kubus) dengan telapak
ü
Bersuara bila melihat
kaca
ü Mengucapkan
empat jenis bunyi
ü
Melokalisasi sumber
suara
ü Memasukkan
benda kecil ke mulut
ü Curiga terhadap orang atau suara asing
ü Memberi perhatian pada orang atau objek
ü Mempertahankan perhatian bila diambil
ü Mengangkat tangan bila mau diambil

ü Duduk
sendiri (6-8 bulan)
ü Mulai melangkah dan mencoba
merangkak
ü Bergerak maju mengambil
objek
ü Bersuara
seperti a-la, a-ba, oo-oo, a-ma, ma-ma, pa-pa (8-10 bulan)
ü Mendengar orang
bercakap-cakap dan berterlak untuk menarik perhatian (8-10 bulan)
ü Bergerak
mengambil mainan di luar jangkauan
ü Membunyikan
lonceng
ü Minum
dan cangkir
ü Bermain ci-luk-ba
ü Memperhatikan bayangan di
kaca
ü Bermain
kertas
ü Makan biskuit sendiri

ü
Duduk mandiri
ü
Berdiri dengan pegangan, merangkak, dan berjalan dengan
pegangan
ü
Dapat
berputar bila diletakkan di atas lantai
ü
Menggelengkan
kepala manyatakan tidak
ü
Melambaikan
tangan untuk ucapan selamat (tinggal atau jalan)
ü
Memberi respon terhadap panggilan nama sendiri
ü
Menyuarakan
beberapa ucapan (10-12 bulan)
ü
Bermain
tepuk tangan

ü
Berdiri sendiri dan berjalan, dengan bantuan
atau tangan yang dipegang orang lain
ü
Berputar dalam posisi duduk
ü
Menggenggam 2 benda kecil di dalam satu
tangan
ü Mengucapkan
kata dengan arti yang spesiik seperti "mama" untuk Ibu
ü Berbicara
kepada mainan
ü Mengoceh bila sendiri
ü Mematuhi perintah yang sederhana seperti "Beri saya
cangkir itu"
ü Ikut membantu sendiri bila dipasangkan pakaiannya
ü Bermain dengan cangkir atau sendok
ü Menunjukkan sesuatu dengan jari telunjuk
ü Mencoba mengambil benda kecil dan dalam kotak
ü Memasukkan benda kecil ke mulut
ü Memegang cangkir untuk minum
ü Memperhatikan tulisan

ü
Berdiri sendiri dan memanjat
ü
Berlutut
di lantai atau di kursi
ü Berjalan
dengan keseimbangan badan yang baik
ü Berbicara
dengan 4-5 kata
ü Menunjukkan
keinginan sesuatu dengan bicara
ü Tahu
namanya sendiri
ü
Mengangkat
cangkir untuk minuman
ü
Minum
dengan sendok
ü
Menunjukkan
atau membori mainan kepada seseorang
ü Membanu membuka pakaiannya
sendiri
ü Memasukkan benda kecil ke dalam botol tanpa demonstrasi
ü Senang
mendorong mainan beroda

ü
Berlari dan naik tangga dengan pegangan satu
tangan
ü Berjalan
mundur dan mengangkat kursi Melempar bola
ü Mengucapkan angka 1-10 (18-21 bulan)
ü Menunjukkan sekurang-kurangnya satu bagian tubuh yang
ditanyakan
ü Dapat menyebutkan "halo"
ü Menunjukkan benda yang ditawarkan seperti cangkir,
sendok, mobil, kursi
ü
Membalikkan halaman buku
ü
Membawa atau memeluk boneka
ü
Mencoret-coret

ü
Berlari dan naik turun
tangga dengan pegangan
ü Naik
tangga sendiri
ü Menendang bola
ü Bercakap dengan mengucapkan 15-20 kata
ü Mampu mengkombinasikan dua atau tiga kata
ü Minta makan atau minum
ü Memberi bola pada
orang lain (ibunya), meletakkan bola ke tempat yang lain
ü Menunjukkan 3-4 bagian tubuh yang ditanyakan
ü Membantu kegiatan rumah yang sederhana (21-24 bulan)
ü Memindahkan pakaian dengan baik
ü Menarik orang lain untuk menunjukkan sesuatu

ü Berlari tanpa jatuh
ü Mengucapkan sekurang-kurang
satu kalimat atau ungkapan 4-5 ungkapan
ü Dapat mengucapkan kembali
5-6 suara konsunan (yang terpilih : m-p-b-h-w)
ü Menujukkan
4 bagian tubuh yang di tanyakan
ü Menyebutkan
benda diatas meja bila di tanyakan
ü Menyebutkan
nama sendiri
ü Melempar bola ke dalam
kotak
ü Mengambarkan garis vertikal
setelah di tunjukan

ü Melompat dan mencoba berdiri dengan satu kaki
ü
Memegang pensil dengan jari
ü
Mencoba jalan berjingkrak
ü Menyebut
nama benda sehari-hari
ü Menjawab pertanyaan sederhana sepert "apa ini"?
ü Mendorong
mainan yang terarah
ü
Menolong membuang sesuatu
ü Memakai
pakaian
ü Membasuh dan mengeringkan tangan
ü Makan dengan sendok
ü Mengambar garis horizontal yang dipertunjukan
ü Berupaya mengambar lingkaran yang ditunjukan

ü Berdiri satu kaki sekurang-kurangnya satu detik
ü Melompat dari anak tangga paling bawah
ü Dapat melepaskan dua kancing baju
ü Menaiki sepada roda tiga
ü Mengucapkan kalimat dengan enam kata seperti "saya
punya ibu, bapak dan kakak"
ü Menyebutkan tiga atau lebih nama objek di dalarn gambar
atau foto
ü Membedakan laki-laki dan perempuan
ü Menyebutkan
nama lengkap
ü Menjawab
pertanyaan dengan tepat
ü
Mengenal sekurang-kurangnya satu warna
ü Dapat
menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya dengan tiga kata dalam satu kalimat
ü Menguasai 750-1000 kata (
3-3,5 tahun)
ü Memahami giliran
ü Menyalin gambar lingkaran
ü Berpakaian dengan pengawasan
ü
Berbisik
ü
Makan sendiri dengan baik

ü Berdiri satu kaki lebih
kurang 5 detik
ü Melompal sekurang-kurangnya
2 kali dengan satu kaki
ü Dapat
mengancingkan baju dan mengikat sepatu
ü
Mengulang 10 kata tanpa salah
ü
Menghitung
tiga objek, dan menunjukannya dengan benar
ü Memahami
misalnya :
"apa yang diperbuat bila lapar mengantuk dan kedinginan ?"
ü Kalimat spontan,
pengucapannya 4 sampai 5 kata Suka mengajukan
pertanyaan
ü
Memahami
kata seperti di atas, di bawah, di belakang, dan sebagainya (letakan benda ini diatas benda)
ü Dapat menunjukan 3-4 warna
ü Berbicara dengan komunikasi
yang efektif
ü Mencontoh lukisan/gambar Bermain bersama dengan anak-anak lain
ü Memakai
dan membuka pakaian sendiri
ü Mengosok
gigi dan membasuh muka
ü Ke toilet sendiri

ü
Berdiri 1 kaki 8-10 detik
ü Melompat, menggunakan kaki
bergantian
ü Menangkap dengan tangan, bola
yang dilempar dengan 2-3 kali percobaan
ü Mengetahui
umur sendiri Mengenal 4 macam warna
ü Menyebutkan fungsi benda
sehari-hari seperti sendok, pensil dan sebagainya
ü Menyebutkan
jenis benda
ü
Menanyakan
arti sesuatu kata
ü Hanya sedikit salah
mengucapkan kata
ü Mengambar
manusia sekurang-kurangnya menunjukan 6 bagian tuhuh
ü Membawa
mainan dengan mainan kereta
ü Bermain dengan pensil
berwarna
ü Bermain
dalam kelompok
Tanda tanda balita kurang
sehat meliputi;
Berat badan tidak naik, dan Pada KMS garis pertumbuhan turun, datar, pindah ke
pita warna dibawahnya atau ada dibawah garis merah. Jika anak tumbuh kurang
sehat, minta nasihat atau konsulkan ke petugas kesehatan.
C. Pelayanan
Kesehatan Bayi dan Balita
Pelayanan
kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan secara tersendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan dibedakan menjadi
2 macam yakni pelayanan kesehatan personal (pelayanan kedokteran) dan pelayanan
kesehatan lingkungan. Tujuan dari pelayanan kesehatan menurut leavel dan clark
(1953) pelayanan kesehatan personal untuk menyembuhkan penyakit (kuratif) dan
memulihkan kesehatan (rehabilitatif), sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan (promotif) dan mencegah penyakit
(preventif). Pelayanan kesehatan berdasarkan target sasaran dapat dibedakan
atas kelompok umur, status pekerjaan, jenis kelamin dan lain-lain. Berdasarkan
umur pelayanan kesehatan dapat dilakukan pada anak, remaja, orang dewasa dan
lansia. Diketahui angka mortalitas pada anak di Indonesia masih tinggi sehingga
diperlukan usaha dalam meningkatkan angka harapan hidup dan angka kondisi sehat
pada anak dengan upaya memberikan pelayanan kesehatan bayi dan balita secara
optimal.
Pelayanan
kesehatan bayi dan balita dapat diperoleh di POLINDES (DESA), POSYANDU
(Kecamatan), Puskesmas (Kabupaten) dan Rumah Sakit (Kota). POLINDES merupakan
Pondok Persalinan Desa dan memberikan pelayanan kesehatan bayi dan balita
berupa persalinan normal di desa, pemberian KB, dan pengukuran tinggi badan dan
berat badan bayi dan balita di desa. Sedangkan POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu)
merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana.
Posyandu
adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan. Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan
Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan
Ibu dan Anak :
·
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan
dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
·
Memberikan nasehat tentang makanan guna
mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada
pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral.
·
Pemberian nasehat tentang perkembangan anak
dan cara stimilasinya
·
Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek
dalam mencapai tujuan program KIA.
2) Keluarga
Berencana
·
Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan
usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya
karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
·
Cara-cara penggunaan pil, kondom dan
sebagainya
3) Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG,
DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada bayi.
4) Peningkatan
gizi
·
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
·
Memberikan makanan tambahan yang mengandung
protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu
yang menyusui
·
Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak
dibawah umur 5 tahun
5) Penanggulangan
Diare
Lima
kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta
Krida Posyandu), yaitu:
1) Kesehatan
Ibu dan Anak
Kesehatan
Ibu dan Anak pada posyandu meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi ibu (konsultasi KB), kesehatan saat maternal, prenatal,
antenatal dan post natal maupun kesehatan ibu yang bisa mempengaruhi kesehatan
anak saat dalam kandungan atau setelah post partum.
2) Keluarga
Berencana
Didalam
kegiatan KB, Posyandu dapat memberikan edukasi dan konsultasi terkait masalah
perencanaan program keluarga berencana serta memberikan penyuluhan sesuai
program BKbn dengan memiliki 2 anak lebih baik.
3) Immunisasi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No 42 Tahun 2013 mengenai Penyelenggaraan
Imunisasi, Bab II dan III telah dijelaskan Jenis dan Jadwal Imunisasi serta
Imunisasi Wajib. Sedangkan Menurut IDAI (ikatan dokter anak indonesia) telah
dijelaskan mengenai program imunisasi di tahun 2014.
4) Peningkatan
gizi
Didalam
tumbuh kembang anak sangat memperhatikan unsur gizi yang menjadi asupan anak
dapat terdiri dari makanan pokok (utama), makanan selingan, atau susu. Kegiatan Posyandu dalam
upaya meningkatkan gizi anak didaerahnya dapat berupa edukasi menu gizi
seimbang sesuai tumpeng gizi dengan memperhatiakan tumbuh kembang anak,
melakukan pengontrolan dalam ukuran BB dan TB melalui Kartu Menuju Sehat (KMS)
serta dapat memberikan makanan tambahan seperti bubur kacang hijau atau vitamin
A.
5) Penanggulangan
Diare
Diare,
disentri, dan mencret merupakan masalah serius dan perlu cepat ditangani
terutama pada anak oleh karena anak sangat mudah dehidrasi berat akibat diare
yang tidak ditangani dengan cepat. Penanganan yang dapat dilakukan di Posyandu
biasanya pemberian oralit sachet dan antibiotik golongan rendah untuk anak
serta dapat memberikan edukasi menjaga kebersihan tangan sebelum makan atau
selektif dalam memilih makanan serta makanan yang perlu dihindari saat diare
belum sembuh (terlalu pedas, asam, manis)
6) Sanitasi
dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang
benar, pengolahan makanan dan minuman
Didalam
kegiatan sanitasi dasar yang dilakukan posyandu dapat berupa penyuluhan konsep
rumah sehat, septic tank, anjuran membuang sampah Rumah Tangga pada tempatnya,
pemberantasan penyebaran nyamuk Aides Aigepty serta memilih dan mengolah bahan
makanan secara tepat.
7) Penyediaan
Obat essensial
Obat
essensial yang ada pada Posyandu berupa obat umum berlabel hijau atau biru bisa
dengan resep dokter atau tidak dan ditujukan penyembuhan penyakit ringan
seperti demam, diare, flu dan batuk.
Adapun
pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu untuk pemeliharaan kesehatan
bayi dan balita
1) Penimbangan
bulanan
2) Pemberian
tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
3) Immunisasi
bayi 3-14 bulan
4) Pemberian
oralit untuk menanggulangi diare
5) Pengobatan
penyakit sebagai pertolongan pertama
Puskesmas
(Pusat Kesehatan Masyarakat) dalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan
hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang
dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Di dalam puskesmas terdapat 6
program pokok yang salah satunya adalah program KIA (POLIKIA). Poli KIA
merupakan bentuk pelayanan puskesmas terkait ibu dan anak yang pelayanannya
sebatas pelayanan dasar. Sering di integrasikan dengan poli KB sehingga poli
KIA aka nada dua jenis yaitu antenatal neonatus care dan pelayanan KB. Kegiatan
program KIA sasaran pada anak meliputi :
1. Pemeliharaan
kesehatan bayi, anak balita, dan anak prasekolah
2. Pemantauan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan buku KIA
3. Imunisasi
DPT 3 kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi
4. Pengobatan
bagi bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan
5. Kunjungan
rumah untuk mencari anak yang memerlukan pemeliharaan kesehatan serta bayi-bayi
yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
6. MTBS
: MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/ terpadu dalam
tatalaksana balita sakit yang datang ke pelayanan kesehatan baik mengenai
beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi, maupun penanganan
balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan.
Pelayanan
kesehatan bayi dan balita juga dapat dilakukan di Rumah Sakit, yakni Rumah
Sakit Ibu dan Anak sebagai salah satu fasilitas kesehatan khusus meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan anak yang berada disetiap daerah terutama daerah
perkotaan. Program kerja pelayanan kesehatan didalam RSIA mencakup pelayanan
kesehatan individu (praktik dokter) dengan melaksanakan tugas dan tanggung
jawab seperti Rumah Sakit umumnya hanya dikhususkan pada prioritas penanganan
kesehatan ibu dan anak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak, ada beberapa komponen penting
yang harus diperhatikan seperti perawatan postnatal pada ibu, kesehatan bayi
dan balita serta pelayanan kesehatan bayi dan balita. Pada perawatan postnatal
yang harus dilakukan adalah perawatan perineum, cara mobilisasi, mengatur diet
makanan, pemberian laktasi, cara BAK, cara BAB, waspadai demam dan rasa mules
di perut. Pada kesehatan bayi dan balita, ibu harus tahu karakteristik bayi dan
balita yang sehat. Sedangkan pelayanan kesehatan bayi dan balita adalah untuk
akses ibu dalam merawat bayi dan balitanya.
REFRENSI PUSTAKA
Berman, dkk. 2003. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier
dan Erb. Jakarta: EGC.
Bobak. 2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC
Doengus, Merillyn E.
2001. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC.
Depkes
RI. 1997. Buku kesehatan ibu dan anak. DepKes & JICA. Jakarta
KMS.
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta:EGC
Hanafiah, TM. 2004. Perawatan
Masa Nifas. Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. (online) (http:// http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah.pdf)
diakses pada Rabu, 8 Oktober 2014.
http://posyandu.org/posyandu/622-posyandu.html, diakses 08 Oktober 2014 diakses 08
Oktober 2014.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123865-S09121fk-Hubungan%20karakteristik-Literatur.pdf, diakses 08 Oktober 2014.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2042%20ttg%20Penyelenggaraan%20Imunisasi.pdf, diakses 08 Okteober 2014.
Moctar, Rustam. 1998.
Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis, Edisi 2, Jilid
1. Jakarta. EGC
Nurliawati, Enok. 2010.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Produksi Air Susu Ibu pada Ibu Pasca SC
di wilayah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Thesis (tidak diterbitkan) S2
Keperawatan, FIK UI.
Rose, Wendy. 1996. Perawatan Kehamilan. Jakarta:Dian Rakyat
Soenarso. 1997. Perawatan
Ibu dan Anak di Rumah Sakit dan Puskesmas. Depkes RI Jakarta.
Wikojosostro, Hanifa. 1994.
Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo.
Komentar
Posting Komentar